Kamis, 23 Juni 2016

Sebuah Kesempatan Bernama SM-3T

Sebuah Kesempatan Bernama SM-3T
(Sarjana Mendidik di Daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal)

Saya adalah seorang lulusan pendidikan Fisika Universitas Riau. Awalnya saya tidak pernah tertarik untuk mengikuti program SM-3T meskipun dosen pembimbing skripsi saya sebelum wisuda sering kali menyarankan untuk mengikuti pogram ini. Saya mulai merasa terpanggil untuk mengikuti pogram SM-3T setelah mendengar kisah dan semangat dari senior-senior saya yang telah dahulu mengabdi ke pelosok negeri.
Ketika pendaftaran SM3T angkatan ke IV dibuka, saya langsung mendaftar secara online dan memilih LPTK lokasi Tes yang terdekat dari rumah yaitu di Universitas Negeri Padang (UNP), meskipun sebenarnya pendaftaran SM-3T ini hampir bersamaan dengan pembukaan Tes CPNS. Namun tekad saya sudah bulat untuk mengikuti program SM-3T ini, karena ini adalah suatu kesempatan emas bagi saya.

 “Kadang sesuatu yang kau inginkan bukan sesuatu yang kau butuhkan”


Menurut ilmu yang menelitinya, semakin ke timur suatu wilayah maka semakin duluan wilayah itu disinari matahari. Jadi semakin ke timur wilayah Indonesia, semakin duluan matahari terbit di sana. Kata orang yang pernah kesana, laut di kawasan timur itu luar biasa indahnya, menurut gambar juga begitu sepertinya. Jadi kesimpulan sementara yang saya dapat adalah, laut timur itu indah, di sana matahari terbit lebih awal, dan saya tidak pernah kesana. Kata “tidak pernah” biasanya menjadi awal dari munculnya sebuah keinginan. Ketika kata “tidak pernah” bertemu dengan kesempatan”, maka semakin besarlah keinginan itu.
Kesempatan itu datang di depan mata. Dari 9 Provinsi (Aceh, Kep. Riau, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, NTT, Maluku, Papua, Papua Barat) daerah sasaran penempatan SM-3T, yang lokasi penempatannya merata mulai dari Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. Saya yakin tidak akan ditempatkan di daerah Indonesia Barat terutama daerah Sumatera. Saya lahir dan besar di Sumatera dan satu penempatan berlokasi di sana, yaitu Aceh. Jadi peluang saya semakin besar untuk ditempatkan semakin ke timur. Yang saya dengar, tujuan utama SM-3T dikirim ke penempatan yang bukan daerah asalnya adalah menyempitkan peluang untuk pulang.
Setelah lulus semua tahap seleksi (administrasi, tes online dan tes wawancara) sebelum diterjunkan ke daerah sasaran, saya dan teman-teman yang lulus harus mengikuti serangkaian pelatihan selama 2 minggu baik indoor maupun outdoor. Seminggu sebelum pemberangkatan, saya diberitahukan akan ditempatkan di Kab. Aceh Selatan. Singkat cerita saya tidak ditempatkan di Indonesia Timur. Desa penempatan saya tidak seperti yang saya lihat saat penayangan video “Mengabdi tanpa Batas” sebelum tes wawancara dulu. Yang saya dengar saat itu adalah akses terbatas terhadap listrik, air, sinyal hp, jarak tempuh jauh, dan berbagai keterbatasan lain. Desa saya, kebalikannya, listrik hampir tak pernah putus, air bersih, sinyal hp baik, akses internet yang lancar bahkan jaringannya 3G. Jarak ke kota hanya 2 jam jika menggunakan kendaraan pribadi dengan kecepatan rata-rata 60-70 km/jam. Sedangkan teman-teman saya di penempatan lain, mereka merasakan akses terbatas itu. Bahkan teman-teman se-kabupaten (total ada 65 orang di beberapa Kecamatan di Kab. Aceh Selatan) merasakan itu dan saya tidak. Meskipun agak kecewa, saya akan tetap melaksanakan tugas dan segala kewajibanku dengan sepenuh hati. Mungkin ini takdir dan jalan hidupku.
Saya dan 64 teman lainnya penempatan kab. Aceh Selatan diberangkatkan ke daerah sasaran pada tanggal 28 Agustus 2014 pukul 11.30 WIB. Kami berangkat jalur darat selama ± 1,5 hari. Kami memasuki wilayah perbatasan Kabupaten Aceh Selatan (kecamatan Trumon) sudah larut malam yakni jam 23.00, dan untuk sampai ke ibukota Kabupaten Aceh Selatan (Tapak Tuan) masih membutuhkan waktu perjalanan 2 jam lagi. Kami yang berpenempatan di kec. Trumon langsung diturunkan di lokasi, tidak ada acara penyambutan resmi seperti SM-3T sebelum-sebelumnya. :(
Esok hari sekolah tempat saya bertugas diumumkan. Saya mendapat bagian di SMA Negeri Unggul Hidayatul Ilmi Trumon, bersama 2 orang rekan saya lainnya yakni Juliana, S.Pd (guru bidang studi BK) Dan Wanggi Setra, S.Pd (guru bidang studi Kimia). Kami pun dijemput oleh wakil kepala sekolah (Drs. Teuku Nanta Setia) untuk di bawa ke lokasi sekolah sasaran.
Hari senin tanggal 01 September merupakan hari pertama saya bertugas di SMAN Unggul Hidayatul Ilmi Trumon. Kami berangkat ke sekolah dengan jalan kaki (± 5 km) karena disini memang tidak ada kendaraan umum maupun ojek. Hari itu saya tidak langsung mengajar, akan tetapi hanya melakukan observasi dan perkenalan ke kelas. Sekolah penempatan kami baru didirikan tahun ajaran ini jadi masih baru, cuma ada satu kelas X-MIA dan itupun gedungnya masih menumpang di SMAN 1 Trumon. Ketika pertama kali masuk ke kelas, ternyata diisi dengan 30 orang murid, bangku-bangku sekolah yang sudah ada bekas diperbaiki, aktifitas belajar mudah terganggu oleh suara bising di kelas sebelah, diperparah lagi dengan kondisi ruang kelas yang panas tentu membuat suasana belajar menjadi tidak nyaman.
Dalam 1,5 bulan tahun ajaran ini, siswa-siswa disana belum pernah belajar fisika sekalipun karena memang tidak ada guru. Mereka tidak ada yang memiliki buku ajar dan LKS, sekolah tidak mempunyai infokus untuk menunjang penggunaan media pembelajaran. Berdasarkan keadaan tersebut, saya perlu membuat bahan ajar, LKS, serta media penunjang untuk mempermudah proses pembelajaran. Demikianlah kondisi dan situasi yang saya temui pada saat melaksanakan tugas mengajar di SMAN Unggul Hidayatul Ilmi Trumon.
Keadaan lain yang saya temui di sekolah ini adalah guru sering tidak hadir ke sekolah sehingga anak-anak sering tidak belajar. Pengajar yang ada disini adalah guru-guru mutasi dari berbagai sekolah. Sehingga beberapa orang guru tempat tinggalnya jauh dari sekolah, hal ini yang menjadi penyebab utama guru jarang hadir, apalagi jika cuaca yang kurang bersahabat. Sehingga saya dan 2 teman SM-3T lainnyalah yang harus stanby setiap hari di sekolah. Walaupun dengan demikian semangat belajar siswa-siswa disini bisa dibilang cukup baik. Mereka juga bersemangat dalam kegiatan ekstrakurikuler. Meskipun kegiatan ekstrakurikuler yang ada hanya kegiatan Pramuka setiap hari Sabtu sore. Tetapi siswa-siswi kami sangat bahagia menjalaninya. Selain kegiatan di sekolah, saya dan 2 teman lainnya juga membuat kegiatan di luar sekolah (sekolah alam) ke Hutan Leuser Internasional yang bekerjasama dengan pihak Conservation Response Unit (CRU) Trumon. Di sini siswa-siswi mendapat ilmu lebih mengenai tumbuh-tumbuhan dan satwa.
Alam aceh dan lautnya ternyata tidak kalah menariknya dari daerah Timur. Hutan yang masih alami, samudera yang biru membentang apalagi kalau dilihat dari atas bukit subhanallah sungguh cantiknya, semua masih alami belum ternodai oleh tangan-tangan jahil. Di Aceh ini khususnya daerah Trumon juga terdapat satwa-satwa liar seperti gajah sumatera, kucing rawa, harimau, kera, rusa dan lain-lain. Di sini banyak sekali gajah yang sudah dilatih dan saya sangat menyukainya. Sungguh tidak rugi rasanya saya berkunjung ke daerah ini. Di sini saya belajar lebih dekat dengan alam. Saya juga pernah terlibat langsung memasang Camera’s Trap di beberapa titik hutan Leuser untuk merekam segala jenis satwa yang ada di hutan Leuser tersebut, terutama kucing rawa, hariamau, rusa dan lagi-lagi gajah. Segala yang saya jumpai disini membuat saya senang dan tidak kecewa lagi. Sungguh bangga rasanya saya bisa sampai disini, di Tanah Rencong serambi Mekkah. Mungkin semua ini adalah hikmah yang diberikan Allah dan saya telah belajar banyak hal dengan semua ini.

Kesan
Secara umum saya senang menjadi bagian dari SM3T. Saya bahagia selama berada di lokasi pengabdian. Saya senang bisa saling berbagi ilmu dengan mereka. Di kelas saya memang menjadi guru dan mengajar mereka, kalau di luar sekolah saya jadi sahabat bagi mereka, mereka yang mangajari saya bahasa aceh dan mengajak kami guru SM3T melihat indahnya alam Aceh Selatan. Sedih rasanya jika harus berakhir dan meninggalkan tempat ini.


Harapan
            Semoga SMAN Unggul Hidayatul Ilmi menjadi sekolah yang maju dan benar-benar menjadi sekolah UNGGUL seperti yang diharapkan serta menjadi sekolah favorit bagi masyarakat sebagai fasilitas mendidik generasi penerus bangsa


EmoticonEmoticon